Jumat, 07 Desember 2012
Kamis, 29 November 2012
Sejarah tentang Marching Band
Sejarah Marching Band
Meskipun pola orkes barisan telah berkembang jauh, masih terdapat cukup
banyak tradisi militer yang bertahan dalam budaya orkes barisan, tradisi milter
tersebut tampak pada atribut-atribut seragam yang digunakan, tata cara
berjalan, model pemberian instruksi dalam latihan umumnya masih merupakan
adaptasi dari tradisi militer yang telah disesuaikan sedemikian rupa.
Di Indonesia,
budaya orkes barisan merupakan pengembangan lebih lanjut atas budaya drum
band yang sebelumnya berada di bawah naungan organisasi PDBI (singkatan
dari "Persatuan Drum Band Seluruh Indonesia") yang dibina oleh
Menpora (singkatan dari "Menteri pemuda dan olahraga"). Orkes
barisan lahir sebagai kegiatan yang memfokuskan penampilan pada permainan musik
dan visual secara berimbang, berbeda dengan drum band yang lebih
memfokuskan sebagai kegiatan olahraga. Dalam perkembangannya, orkes barisan di
Indonesia banyak mengadaptasikan variasi teknik-teknik permainan yang digunakan
oleh grup-grup drum corps di Amerika,
khususnya pada instrumen perkusi. Hal ini membuat corak permainan dalam penampilan
orkes barisan menjadi lebih mudah dibedakan dari corak penampilan drum band.
Apa itu Marching Band ??
Marching Band (Orkes barisan)
Orkes barisan (bahasa Inggris: marching band) adalah sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik
(tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama.
Penampilan orkes barisan merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup,
dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya. Umumnya,
penampilan Orkes barisan dipimpin oleh satu atau dua orang Komandan Lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi terhadap lagu yang dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi tarian yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.
Orkes barisan umumnya dikategorikan menurut fungsi, jumlah anggota,
komposisi dan jenis peralatan yang digunakan, serta gaya atau corak
penampilannya. Pada awalnya orkes barisan dikenal sebagai nama lain dari
drum band. Penampilan orkes barisan pada mulanya adalah sebagai pengiring parade perayaan ataupun festival
yang dilakukan di lapangan terbuka dalam bentuk barisan dengan pola
yang tetap dan kaku, serta memainkan lagu-lagu mars. Dinamika
keseimbangan penampilan diperoleh melalui atraksi individual yang
dilakukan oleh mayoret, ataupun beberapa personel pemain instrumen.
Namun saat ini permainan musik orkes barisan dapat dilakukan baik di
lapangan terbuka ataupun tertutup sebagai sebagai pengisi acara dalam
suatu perayaan, ataupun kejuaraan.
Komposisi musik yang dimainkan orkes barisan umumnya bersifat lebih harmonis
dan tidak semata-mata memainkan lagu dalam bentuk mars, ragam peralatan
yang digunakan lebih kompleks, formasi barisan yang lebih dinamis, dan
corak penampilannya membuat orkes barisan merupakan kategori yang
terpisah dan berbeda dengan drum band yang umumnya memiliki komposisi
penggunaan instrumen perkusi yang lebih banyak dari instrumen musik tiup. Tipikal bentuk dan penampilan drum band yang paling dikenal adalah drum band yang dimiliki oleh institusi kemiliteran ataupun kepolisian. Adaptasi lebih lanjut dari penampilan orkes barisan di atas panggung adalah dalam bentuk brass band.
Senin, 26 November 2012
Islam itu memiliki karakteristik
Jika diteliti komponen-komponen bangunannya maka kita dapati
saling masuk dan terkait yang pada akhirnya membentuk satu anyaman yang utuh
sempurna. Maka jika kita lihat dari satu sudut pandang maka Islam itu memiliki
karakteristik sebagai berikut:
Dia itu agama fitrah
Dia itu agama akal
Dia itu agama ilmu dan hikmah
Dia itu agama hati, rasa dan jiwa
Dan dari sudut pandang yang lain :
Dia adalah agama kesatuan kemanusian, dia adalah Islam yang
memanjang dalam sejarah.
Agama persamaan antara semua manusia.
Agama kebebasan bagi setiap manusia.
Satu-satunya agama untuk manusia.
Tasyri’nya satu untuk semua orang, di negeri Islam yang
mukmin dan kafir tunduk kepadanya tanpa aniaya dan penindasan.
Agama keadilan bagi semua manusia.
Dari sudut ketiga kita dapati Islam dibangun dengan lima
pilar:
Syahadat tauhid dan risalah.
Menegakkan shalat.
Membayar zakat.
Puasa Ramadhan.
Haji ke Ka’bah bagi yang mampu.
Dan dari arah keempat kita lihat ia tersusun dari tiga
wilayah:
Aqidah
Syari’ah (ibadah dan muammalah)
Akhlaq.
Dari sudut kelima garis-garis dan arsiteknya nampak jelas
sebagai berikut:
Mudah (yusr, suhulah)
Pertengahan (wasathiyah)
Jembatannya menghubungkan dunia dan akhirat.
Seimbang (tarazun) antara aspek jiwa, ruh, akal dan jasad.
Seimbang antara individu dan masyarakat, laki-laki dan
perempuan, penguasa dan rakyat dan lainya.
Mudah ajarannya dan jelas, bebas dari kerumitan falsafi.
Seorang badui datang ke Madinah mengucapkan salam kemudian diajari oleh
rasulullah e tentang Islam hanya dalam satu majlis, lalu beliau mengambil
janjinya agar mengamalkannya, kemudian badui itu berkata: “Saya tidak akan
menambah”, maka jawab Rasulullah e: “dia beruntung jika benar”.
Menyeluruh (syumul, komperhensif) mencakup semua aspek, dia
adalah din dan dunya.
Relevan untuk setiap ruang dan waktu, terbuka bagi akal
sepanjang masa. Bagi yang memenuhi syarat ijtihad berhak mempelajari , memahami
dan berbicara, dan produk pemikirannya disebut Fiqih Islam. Dia bukan monopoli
satu kelompok namun bukan pula barang mainan, tidak diizinkan melainkan bagi
sebagian akal manusia.
Terbagi menjadi azimah dan rukhshah. Sebagimana dikatakan
oleh Muhammad Rasyid Ridha, maka Ibnu ‘Abbas condong pada sisi rukhshah dan
Ibnu Umar condong pada sisi azimah, sedangkan manusia bertingkat-tingkat dalam
kemalasan, keseriusan dan keseimbangannya. Dia itu cocok untuk badui yang
kasar, pemikir besar dan kelas-kelas manusia diantara keduanya. Dia meliputi
zaman onta dan zaman pesawat ruang angkasa, antara keduanya dan sesudahnya.
10. Dia adalah agama
Syura dan Ijtihad dalam segala bidang, pemahaman pribadi dalam agama Islam dan
kehidupan bukanlah watak Islam.
Begitulah kompleksitas arsitek bangunan Islam, akan tetapi,
semua bentuk, isi dan bagian-bagiannya terikat kuat. Tidak ada keterputusan
atau pembatas-pembatas diantaranya. Bahkan Islam ini menyatu bagaikan
menyatunya air di sungai, hawa di udara, dan ruh di jasad.
Sesungguhnya Islam adalah kehidupan dalam dunia ini, untuk
alam ini dan untuk manusia yang dijadikan sebagai khalifah di alam ini.
“Wahai orang-orang yang beriman jawablah Allah dan rasul-Nya
jika Dia mengajakmu kepada apa yang membuat kamu hidup” (Al-Anfal: 24)
Langganan:
Postingan (Atom)