Jika diteliti komponen-komponen bangunannya maka kita dapati
saling masuk dan terkait yang pada akhirnya membentuk satu anyaman yang utuh
sempurna. Maka jika kita lihat dari satu sudut pandang maka Islam itu memiliki
karakteristik sebagai berikut:
Dia itu agama fitrah
Dia itu agama akal
Dia itu agama ilmu dan hikmah
Dia itu agama hati, rasa dan jiwa
Dan dari sudut pandang yang lain :
Dia adalah agama kesatuan kemanusian, dia adalah Islam yang
memanjang dalam sejarah.
Agama persamaan antara semua manusia.
Agama kebebasan bagi setiap manusia.
Satu-satunya agama untuk manusia.
Tasyri’nya satu untuk semua orang, di negeri Islam yang
mukmin dan kafir tunduk kepadanya tanpa aniaya dan penindasan.
Agama keadilan bagi semua manusia.
Dari sudut ketiga kita dapati Islam dibangun dengan lima
pilar:
Syahadat tauhid dan risalah.
Menegakkan shalat.
Membayar zakat.
Puasa Ramadhan.
Haji ke Ka’bah bagi yang mampu.
Dan dari arah keempat kita lihat ia tersusun dari tiga
wilayah:
Aqidah
Syari’ah (ibadah dan muammalah)
Akhlaq.
Dari sudut kelima garis-garis dan arsiteknya nampak jelas
sebagai berikut:
Mudah (yusr, suhulah)
Pertengahan (wasathiyah)
Jembatannya menghubungkan dunia dan akhirat.
Seimbang (tarazun) antara aspek jiwa, ruh, akal dan jasad.
Seimbang antara individu dan masyarakat, laki-laki dan
perempuan, penguasa dan rakyat dan lainya.
Mudah ajarannya dan jelas, bebas dari kerumitan falsafi.
Seorang badui datang ke Madinah mengucapkan salam kemudian diajari oleh
rasulullah e tentang Islam hanya dalam satu majlis, lalu beliau mengambil
janjinya agar mengamalkannya, kemudian badui itu berkata: “Saya tidak akan
menambah”, maka jawab Rasulullah e: “dia beruntung jika benar”.
Menyeluruh (syumul, komperhensif) mencakup semua aspek, dia
adalah din dan dunya.
Relevan untuk setiap ruang dan waktu, terbuka bagi akal
sepanjang masa. Bagi yang memenuhi syarat ijtihad berhak mempelajari , memahami
dan berbicara, dan produk pemikirannya disebut Fiqih Islam. Dia bukan monopoli
satu kelompok namun bukan pula barang mainan, tidak diizinkan melainkan bagi
sebagian akal manusia.
Terbagi menjadi azimah dan rukhshah. Sebagimana dikatakan
oleh Muhammad Rasyid Ridha, maka Ibnu ‘Abbas condong pada sisi rukhshah dan
Ibnu Umar condong pada sisi azimah, sedangkan manusia bertingkat-tingkat dalam
kemalasan, keseriusan dan keseimbangannya. Dia itu cocok untuk badui yang
kasar, pemikir besar dan kelas-kelas manusia diantara keduanya. Dia meliputi
zaman onta dan zaman pesawat ruang angkasa, antara keduanya dan sesudahnya.
10. Dia adalah agama
Syura dan Ijtihad dalam segala bidang, pemahaman pribadi dalam agama Islam dan
kehidupan bukanlah watak Islam.
Begitulah kompleksitas arsitek bangunan Islam, akan tetapi,
semua bentuk, isi dan bagian-bagiannya terikat kuat. Tidak ada keterputusan
atau pembatas-pembatas diantaranya. Bahkan Islam ini menyatu bagaikan
menyatunya air di sungai, hawa di udara, dan ruh di jasad.
Sesungguhnya Islam adalah kehidupan dalam dunia ini, untuk
alam ini dan untuk manusia yang dijadikan sebagai khalifah di alam ini.
“Wahai orang-orang yang beriman jawablah Allah dan rasul-Nya
jika Dia mengajakmu kepada apa yang membuat kamu hidup” (Al-Anfal: 24)